foto orang jawa kuno

KataKata Bijak Bahasa Jawa Kuno Kehidupan II. 21. "Dhemit ora ndulit, setan ora doyan". (Berupa doa dan harapan agar selalu diberi keselamatan, tidak ada suatu halangan dan rintangan.) 22. "Adigang, adigung, adiguna". (Mengandalkan kekuatan, kekuasaan dan kepintarannya.) 23. FotoRetro Orang Jawa Kuno Vol 03 di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Kamimemberikan kredit kepada semua wanita yang cantik dari masa lalu bahkan jika mereka tidak ada dalam daftar. Mari kita memeriksa daftar sepuluh wanita cantik dari jaman kuno. 10. Joan of Arc ( Abad ke-14 ) Joan of Arc adalah wanita paling cantik dan berani dari Perancis. Dalam sebuah lagu oleh Tal Bachman berjudul "She's So High Bisadibilang Asmaragama adalah ajaran seni bercinta dalam budaya Jawa.Asmaragama banyak mengulas tentang rahasia hubungan suami istri, termasuk membahas lika-liku bersenggama.. Sebenarnya ya, ada beberapa karya sastra Jawa Kuno sekitar abad 18 yang secara khusus membahas tentang seni bercinta ini, seperti Serat Nitimani, Serat Centhini, Serat Damoghandul, dan Serat Gatholoco. Kamudapat ikut melestarikan kebudayaan Jawa. Kamu pun bisa berbagi kata-kata pepatah Jawa kuno kepada orang lain sehingga mereka mendapatkan pencerahan yang sama. Berikut 30 kata-kata pepatah Jawa kuno, yang dapat kamu jadikan sebagai suntikan motivasi dan inspirasi, seperti dirangkum dari Narasi Inspirasi dan Liputan6, Senin (3/8/2020). mơ quan hệ với người yêu cũ. Ilustrasi nama bayi Jawa kuno. Foto ShutterstockAdakah di antara kamu yang sedang mencari nama bayi Jawa kuno untuk nama calon anakmu? Kebetulan Mama baru aja mengumpulkan beberapa nama bayi Jawa kuno yang sepertinya bisa kamu jadikan sebagai bayi Jawa kuno menurut Mama punya makna dan penyebutan yang indah. Beberapa orang mungkin menganggap kalau nama dari bahasa daerah itu kuno dan ketinggalan zaman. Tetapi sebenarnya enggak sama sekali!Nama bayi dari bahasa daerah juga enggak kalah baiknya dengan nama yang modern, Ma. Nama-nama ini punya arti nama yang penuh dengan doa dan harapan baik, kok. Salah satu teman Mama juga ada lho yang sengaja memberikan nama bayi Jawa kuno untuk semua anaknya. Katanya sih biar beda dan kalau kamu juga sedang mencari nama bayi Jawa kuno, berikut beberapa nama untuk anak laki-laki dan anak perempuan yang bisa kamu jadikan Bayi Jawa Kuno untuk Anak Laki-lakiIlustrasi nama bayi Jawa kuno untuk anak laki-laki. Foto Pixabay2. Adanu Jadi cahaya atau penerangan bagi yang Adhinatha Paling Bena Berkilau dan Byakta Tampak dan Biantara Penguasa Bryatta Menjauhi diri dari Bhadrika Gagah Cayapata Gugusan Cakara Yang Cipta Anak laki laki yang baik Chalis Terbebas dari ancaman, Dierja Sangat Dewandaru Yang memberi Endra Kelak jadi orang Fusena Perpaduan Fazaira Lahir di waktu Gamya Tingkah laku yang Ganendra Pasukan Giandra Sentosa dan Gumilar Anak laki laki yang terus Hanenda Orang yang pantang Hardiyata Pemimpin yang memberi Hestamma Tangannya Idhang Orang yang bisa jadi Indurasmi Sinar Ihatra Kebaikan di dunia Jagadita Kesejahteraan Janitra Berderajat Laksana Pertanda yang Mahasura Pejuang Bayi Jawa Kuno untuk Anak PerempuanIlustrasi nama bayi Jawa kuno untuk anak perempuan. Foto Shutterstock3. Ananta Pemimpin yang Apsarini Layaknya Aristawati Pintar dan Arkadewi Bidadari dalam Ayu Cantik dan anggun seperti putri Batari Cantik layaknya Cahyati Hatinya Candramaya Cantik seperti bulan Chalya Damayanti Dewi Bidadari Diah Anak perempuan yang Dian Penerang hati orang Endah Cantik dan Erina Ketajaman pikiran dan Garwita Kebanggaan orang Gayatri Perempuan yang memiliki tiga Handayani Memberi Hapsari Perhiasan yang Hardiyanti Perempuan berhati Hesti Indriana Kecantikan yang itu dia, Ma, beberaoa inspirasi nama bayi jawa kuno. Adakah yang menarik dan cocok, Ma? Relief pada Candi Sukuh di kaki Gunung Lawu. Foto Dok, Wikimedia Commons. Proses penyebaran agama Hindu hingga ke nusantara juga melebarkan pengaruh tradisi dan budaya India. Salah satunya ajaran seni bercinta atau Kama Sutra yang dikenal sebagai Asmaragama dalam budaya Jawa. Dalam kamus Bausastra Jawa, kata asmara berarti 'cinta'. Sementara kata gama bermakna 'agama' atau 'ajaran', yang secara semantis bermakna wajib dipatuhi. Sehingga dalam budaya Jawa, Asmaragama tak sekadar menyoal erotisme tapi juga bagian dari ajaran yang sakral dan sarat etika. Ajaran Asmaragama banyak diceritakan dalam naskah Jawa kuno sekitar abad-18. Masyarakat Jawa pada saat itu masih sangat kental dengan sinkretisme-perpaduan paham dari suatu kepercayaan-budaya Hindu-India dan memandang seks sebagai bagian dari laku atau perjalanan cinta asmara yang menjadi bagian dari seksualitas dipandang sebagai bentuk kesucian. Tujuannya untuk mencari wiji sejati atau generasi penerus yang mempunyai keyakinan dan satu relief erotis pada Candi Sukuh. Foto Dok. Wikimedia Commons. Terlebih pada masa kejayaan keraton Jawa, seksualitas menjadi bagian integral dalam kehidupan dan seni budaya Jawa. Sebagai contoh, Kama Sutra memiliki makna fisolofis dalam dunia pewayangan, di mana kata kama diartikan sebagai 'sperma'. Orang yang suka "bermain" sperma digambarkan sebagai tokoh Kama Salah-nama kecil tokoh wayang Batara Kala-yang berarti sperma yang disalahgunakan. Orang yang seperti Kama Salah memiliki sifat kekanak-kanakan, egois, dan tidak mawas diri dalam hal seksualitas sehiggga bisa merusak harmoni pujangga Jawa klasik juga menulis sumber literasi yang mengungkapkan sisi erotis manusia dan ajarannya agar menjadi referensi dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran seksologi Jawa salah satunya terdapat pada Serat Centhini yang ditulis atas perintah Sunan Paku Buwana V di Surakarta pada pertengahan abad Serat Centhini, seks menjadi salah satu topik yang dibahas secara lugas, mulai dari cara berhubungan seks dengan letak-letak genital yang sensitif, waktu yang tepat untuk bersenggama dengan sistem kalender Jawa, resep pengobatan seksual, hingga mantra seksual. Sementara naskah-naskah klasik lainnya seperti Serat Candrarini, Serat Wulang Putri, dan Serat Nitisastra berisi informasi tentang seksualitas wayang Arjuna. Foto Dok. Wikimedia Commons. Dalam cerita wayang, tokoh Arjuna-salah satu tokoh Pandawa, putra Raja Pandu Dewanata dan Dewi Kunthi Talibarata-memiliki kekuatan memikat hati wanita yaitu Aji Asmaragama. Kekuatan ini merupakan bagian terakhir dari 5 tahapan yang harus dilakukan sebelum menggunakan Aji Asmaragama, sehingga memiliki nilai filosofis sebagai panduan dalam berumah tangga. Berikut penjelasannya1. Asmaranala, yang bermakna kedua insan yang bercinta sebaiknya dilandasi rasa cinta kasih dari lubuk hati masing-masing. Hal ini mengajarkan seks bukan sekadar menyalurkan hasrat birahi, tapi perpaduan dua hati yang saling mencinta. 2. Asmaratura, maksudnya pasangan yang saling mencintai harus saling memiliki rasa kebanggaan terhadap pasangannya. Ini bisa dilihat salah satunya dari ketertarikan kepada kecantikan dan ketampanan kedua belah Asmaraturida, yang menyimbolkan dalam kehidupan suami istri, harus diselingi dengan gurau dan canda selama tidak berlebihan. Tak jarang guyonan dalam berumah tangga bisa menjadi jalan awal untuk bercinta. 4. Asmaradana, tahapan yang kekuatannya terletak pada kata-kata indah atau sesuatu yang menyentuh hati. Maksudnya, bisa saja memberikan puisi, lagu, atau syair untuk pasangan, atau bila tak terbiasa dengan kata-kata romantis, bisa saja memperlakukan pasangan secara istimewa. 5. Asmaratantra, tahap ini mengajarkan dalam berumah tangga harus konsisten dalam memberikan sentuhan kasih sayang, terutama saat melakukan hubungan seks. Apalagi setelah memiliki keturunan, kebiasaan yang memantik gairah harus Asmaragama, konon dalam tahap ini para raja dahulu harus bersemedi dan membersihkan diri sebelum berhubungan intim, sementara permaisuri mereka mandi, berdandan, dan wangi. Dalam konteks sekarang, tahap ini mengajarkan suami istri mesti membersihkan diri sebelumnya berhubungan intim, seperti dalam agama Islam disunahkan wudu, salat sunah berjamaah, dan berdoa agar diberikan keturunan 2011. Tata Hubungan Pria Wanita dalam Pandangan Budaya Jawa. Universitas Negeri Sugeng. 2016. Makna Simbolisme dalam Mantra Asmaragama Sang Arjuna. Semarang Unisbank. Sedang mencari nama buah hati dengan arti yang baik dan berunsur tradisional? Nah, Parents bisa nih memberikan nama anak laki-laki atau perempuan Anda dengan nama bayi Jawa Kuno. Kali ini, kami merangkumnya menjadi beragam nama bayi Jawa Kuno berdasarkan alfabet yang antimainstream! Inilah daftar yang bisa dijadikan referensi. 175 Nama Bayi Jawa Kuno dan Artinya Nama bayi jawa kuno Nama Bayi Jawa Kuno untuk Laki-laki Abjad A-C Abiroma Sosok seseorang yang menyenangkan Abiseka Dijunjung, diangkat, dinobatkan, dan diharapkan menjadi anak yang diangkat derajatnya Abinaya Semangat Agnibrata Bersikap dan bertindak hangat Agra Tinggi Arganta Berkedudukan tinggi Ardiman Sosok pria yang tegas dan tegar seperti gunung Ardiona Lelaki yang memiliki jiwa teguh Astagina Senantiasa berbuat kebaikan Aswasada Penunggang kuda Bajra Memiliki sifat luar biasa Bagaskara Matahari Bahaduri Bersifat pahlawan Basukarna Orang yang memiliki pendengaran tajam Baswara Berkilau, bercahaya Bena Berkilau dan berseri Byakta Tampak dan terang Cayapata Gugusan bintan Ciha Seseorang yang senantiasa bergembira Cinde Kain sutra berbunga Casugraha Sesuatu yang terlihat Candani Batu pualam Chalis Seseorang yang selamat Cinde Kain sutra Cindaga Pandanwangi Artikel terkait 100 Nama bayi laki-laki modern beserta artinya untuk calon jagoan kecil Anda Nama Bayi Jawa Kuno Abjad D-G Darya Seseorang yang berbudi Darma Kewajiban Darsana Memiliki pandangan yang jernih Darsuki Cinta damai Daryanta Berbudi baik Dayita Kekasih Dewani Kemuliaan yang terpendam Dewari Muda dan mulia Dihyan Matahari Enda yang terakhir Enes Sendiri, mandiri Gamya Memiliki tingkah laku yang baik Gantari Seseorang yang bisa menerangi Garjita Anak yang bisa dibanggakan Giyanta Selalu bersemangat Gajendra Gajah yang besar Gardana Berjiwa pengawal Gardapati Pengawal yang berani mati Gitarja Nyanyian riang Gurnito Bergema Giyanta Bersemangat Gentala Naga Nama Bayi dari Bahasa Jawa Kuno Abjad H – J Hadyan Memiliki kedudukan tinggi Hasya Seseorang yang memiliki keriangan Harsa Selalu ada kegembiraan, kehendak Hengkara Kebanggaan Hiranya Seperti intan Indera Dewa indera indro Indu Rembulan Ismanto Indah, bagus Ismoyono Keteguhan, kebijaksanaan Jalada Awan Janadi Seseorang yang berperilaku baik Janitra Seseorang yang berderajat tinggi Japa Doa Abjad K-N Kama Seseorang yang dipuja Kanaka Emas Kanigara Bunga matahari, baju istimewa Kyati Nama yang harum Laksana Pertanda yang baik Lasmana Seseorang yang berkemauan keras Lawana Samudera Lingga Laki-laki, jantan Mada Kegembiraan Mahawira Sosok pahlawan besar Maheswara Seorang raja agung Mandaka Menghiasi, memperindah Magani Menyenangkan Nagata Seseorang yang bermasa depan Nandana Anak laki-laki Nayaka Sosok pemimpin Nitijana Penuh kehati-hatian Nohan Selalu merasa bahagia Nama bayi jawa kuno Nama Bayi Jawa Kuno Abjad O-P Ogya Lebih baik Oshadi Obat Oswada Seseorang berdada bidang Pada Surga, kedudukan Padaka Perhiasan Pamungkas Terakhir, penutup Pancaka Api pembakaran Pandya Seseorang yang bijak Pranaja Anak laki-laki Pradipa Lampu, cahaya Priyambada Lelaki bermulut manis Purwadi Permulaan yang baik Prayatna Usaha yang gigih Prawira Sosok yang berani Pradana Penting dan utama Prabaswara Bersinar dan bercahaya Pamungkas Terakhir atau penutup Pandita Orang yang terpelajar Prabawa Sosok yang berwibawa Pramana Memperoleh pengetahuan yang benar Abjad R Ragnala Penuh kasih sayang Ranu Danau, kolam Ranjana Senantiasa bergembira Raksaka Menjaga Rajendra Sangat tampan Reswara Terkenal atau unggul di bidangnya Rukmasara Anak yang berharga bagaikan emas Rasagama Sesuatu yang lebih baik Raynar Prajurit yang sangat kuat Ranjana Riang gembira Ragnala Kasih sayang Radin Dibersihkan dari noda Raditya Matahari Rahadyan Gelar bangsawan Rajata Logam mulia perak Abjad S-T Sahya seseorang yang mampu mempertahankan Sakuta Pertolongan Satya Tulus hatinya Sayaka Busur panah Syandana Mengalir Susena Tentara yang tangguh Suradarma Melaksanakan kewajiban Surendra Sangat tampan Suraga Permadani yang indah Surya Matahari Suwardana Memberi kemakmuran yang besar Sujana Orang yang pintar Sujiwa Jiwa yang mencintai Tadakara Jatah, menampakkan Taraka Bermata bintang Tusta Lubuk jiwa yang paling dalam Tyaga Pemberian Tuhan Tulus Sempurna Tyaga Pemberian Tuhan Turida Cinta Tuwuh Hidup atau kehidupan Tikta Hati yang dalam Tulaksaya Di luar keseimbangan Taha Keprihatinan Trengginas Terampil dan cekatan Artikel terkait Nama-nama bayi laki-laki populer 2019 Abjad U-W Ugraha Dihormati Untungga Megah, mulia, agung Umbara Memerhatikan Udayana Pala Uperangga Perhiasan Veda Bijaksana Waranggana Berwajah elok Wasta Memiliki gelar Widura Batu permata Widagda Pintar, ahli Wardani Kesucian tubuh Wasesa Kekuasaan Wibana Nirwana Wira Laki-laki pemberani Wiyasa Membangun Wisesa Terkemuka Wyasa Pengatur dan penyusun Windraya Seseorang yang memiliki kemuliaan Wiratama Seorang perwira yang utama Wiryawan Memiliki derajat atau kedudukan tinggi Widyatmaka Memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi Abjad Y Yada Pejuang Yagya Patut, pantas Yama Pengendalian diri Yodha Pejuang besar Yaga Anak Yagami Mengingatkan pada Tuhan Yasa Kehormatan Yukti Kecocokan Yajna Taat sekali Yuda Ahli siasat perang Yatna Waspada Yatalana Bebas melakukan kesenangan sesuka hati Yodha Pejuang besar Yuganta Akhir zaman Yugala Pasangan yang serasi Pilihan Nama Bayi Perempuan Jawa Kuno Ajeng Yang cantik Arjani Seseorang yang menawan Asih Cinta dan kasih sayang Asmawati Anak yang pintar Ayu Anggun, kecantikan Citra Orang yang ceria Dita Keberuntungan Endah Keindahan Ike Lemah mebut dan bijaksana Imas Pengertian dan bijaksana Intan Batu permata, yang berharga Irawati Anak yang cerdas Jayanti Orang yang berjaya dan tangguh Kirana Cahaya yang indah Kahiyang Sebuah surga Kinaryosih Kesucian Kumalasari Seorang yang sejuk, hatinya tenang Gita Sebuah nyanyian Handayani Manfaat yang besar Hapsari Sebuah perhiasan Warsita Ajaran atau nasihat Nah Parents, sudah memutuskan akan menggunakan nama bayi yang mana? Baca Juga 135 Pilihan Nama Bayi Laki-laki Amerika yang Unik dan Populer 150 Nama Bayi Laki-laki Berawalan Huruf R, Mana yang Parents Pilih? 50 Nama bayi laki-laki Jawa unik dengan makna indah untuk si jagoan kecil Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android. Prajnaparamitha. Foto dokumentasi Museum Nasional. KEN Angrok terperangah ketika tanpa sengaja melihat betis Ken Dedes. Terlihatlah bagian rahasianya yang bersinar. “Jika ada perempuan yang demikian anakku, perempuan itu namanya nariswari. Dia adalah perempuan yang paling utama, anakku,” jawab Dang Hyang Lohgawe ketika ditanya Ken Angrok dalam naskah Pararaton. Perempuan Jawa Kuno memiliki tipe-tipe tertentu, dari paling utama sampai paling buruk. Setidaknya ada empat tipe perempuan yang dibagi bukan hanya dari segi fisik, tapi juga perangainya. Menurut Sejarawan Suwardono kriteria menempatkan perempuan dalam tipe tertentu awalnya bersumber dari India. “Naskah mengenai kriteria perempuan itu tidak ditemukan, namun pada masa itu ketentuan untuk menempatkan sosok perempuan pada tipe tertentu secara umum telah dikenal,” tulis Suwardono dalam Tafsir Baru Ken Angrok. Empat tipe perempuan antara lain padmini, citrini, sankini, dan hastini. Tipe pertama, padmini memiliki ciri fisik matanya seperti mata kijang dengan ujung-ujung kemerahan; hidungnya kecil dan bentuknya bagus; wajahnya bagaikan bulan purnama yang keemasan seperti bunga cempaka; lehernya halus dan luwes; buah dada yang penuh dan tinggi; pusarnya dikelilingi tiga garis lipatan; kulitnya halus seperti kelopak bunga sirsa; suaranya manis mengalun; kalau jalan seperti angsa; wataknya pemalu, menyenangkan, pemurah, setia, memiliki rasa keagamaan, dan bertingkah terhormat. Tipe kedua, citrini memiliki tinggi badan sedang, ramping, dengan pinggul besar; rambutnya hitam lebat; matanya lincah dengan bibir yang penuh seperti buah bimba; lehernya membulat seperti siput dan luwes; dadanya besar dan berat dengan badan yang lentur; suaranya seperti suara merak; jalannya seperti gajah. Tipe ini tidak begitu tinggi sifat spiritualnya. Namun, ia mahir dan bercita rasa tinggi dalam kesenian. Ia suka mengenakan pakaian dan perhiasan yang bagus. Ia pandai bicara dan bebas mengutarakan pendapat. Pandai mengatur urusan rumah tangga. Pun senang dikagumi laki-laki. Tipe ketiga, sankini, memiliki ciri-ciri berbadan kurus, tinggi, kekar, berdarah hangat, dengan lengan dan tungkai yang panjang; pinggangnya besar dengan buah dada yang kecil; di bawah kulitnya yang sawo matang terlihat urat-urat nadi; wajahnya berbentuk lonjong dan mendongak; suaranya serak; kalau berjalan cepat seperti terburu-buru; ia cerdik juga sopan. Meski begitu, perempuan tipe ini selalu mencari kesempatan untuk menguntungkan dirinya sendiri; ia egois namun tetap pandai bersikap seolah pemurah; ia punya sifat keras kepala dan buruk hatinya, namun mampu menyembunyikannya. Ia banyak bicara dan banyak makan. Tipe terakhir, hastini, bertubuh pendek, gemuk, buruk rupa; mulutnya besar dengan bibir yang tebal; matanya kecil dan merah; wajahnya pucat, tidak bersinar; lehernya pendek atau kalau panjang bentuknya bengkok; kalau berjalan pelan dan tidak enak dilihat; sifatnya kejam dan tak punya malu. Menurut Titi Surti Nastiti, arkeolog Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, keempat tipe perempuan mungkin saja mewakili empat kasta dalam Hindu Brahmana, Ksatrya, Waisya, dan Sudra. Putri yang digambarkan dalam teks sastra dan relief candi masuk ke dalam tipe citrini. Sementara para pengiring putri dan putra raja atau para emban dimasukkan dalam kriteria hastini. Hal itu dicontohkan dengan perkawinan antara Semar dan Nini Towok dalam teks Sudamala. Keduanya digambarkan sangat bernafsu dalam seks. Nini Towok digambarkan jalannya pelan dan perutnya gombyor. Dalam relief kisah Arjunawiwaha di Gua Selomangleng, Tulungagung misalnya, tokoh Panakawan, baik perempuan maupun laki-laki digambarkan berbadan serba gemuk dengan mulut lebar dan bibir tebal. Contoh perempuan tipe padmini terdapat dalam teks Sri Tanjung. Ia merupakan perempuan yang tinggal di sebuah wanasrama. Ini mengacu pada kasta Brahmana. Ia digambarkan pula sebagai perempuan berkulit halus, cantik, tenang, dan jalannya seperti angsa. Meski begitu, ada perbedaan penggambaran putri raja dalam teks tadi dengan prasasti. Jika dalam teks sastra yang sesuai dengan teks India mereka masuk ke dalam tipe citrini, sedangkan dalam prasasti mereka dimasukkan dalam tipe padmini. Itu seperti deskripsi dalam Prasasti Kayumwunan 824 M yang menyebut Pramodyawarddhani, permaisuri Rakai Pikatan, raja keenam Kerajaan Medang Mataram Kuno cara berjalannya seperti angsa, suaranya bagaikan tekukur, matanya bagaikan menjangan. Ciri ini lebih mirip dengan tipe padmini. Hal yang sama juga diungkapkan dalam Prasasti Pucanan 1037 M. Prasasti ini melukiskan Sri Isanatunggawijaya bagaikan seekor angsa yang mempesona karena tinggal di telaga Manasa yang suci. “Mungkin karena Pramodhawarddhani maupun Isanatunggawijaya adalah putri raja yang sangat taat pada agama sehingga lebih pantas dimasukkan ke dalam tipe padmini atau mereka tipe perempuan paling baik yang di dalam bahasa Jawa disebut dengan padmanagara,” tulis Titi dalam Perempuan Jawa. Adegan Sinta dan Trijata yang memakai kemben dan kain dalam relief Ramayana di Candi Panataran, Blitar. blog Indonesieverleden. TAK kalah menawan dengan Putri Indumati, ina dan uwa-nya, bersolek mengenakan baju merah. Keduanya belum terlalu tua. Rambut mereka bergelombang, diselingi warna kelabu. Lalu para dayang belia datang bagaikan dewi, mengenakan kemben kain wulang emas. Selendang emas murni yang mereka sampirkan pada bahu tampak berkilauan seperti sayap untuk terbang. Mereka masih keturunan bangsawan sahabat raja. Mereka tengah menghadiri sayembara memperebutkan Putri Indumati. Suasana itu diungkapkan oleh Mpu Monaguna, pujangga dari Kadiri pada abad ke-13 M lewat karyanya Kakawin Sumanasāntaka. Dari gambaran singkat itu terbayang bagaimana pakaian orang-orang pada masa lalu. Selain dari karya sastra, informasi itu juga muncul dalam relief candi dan prasasti. Menurut Petrus Josephus Zoetmulder, ahli sastra Jawa Kuno, kain wulang adalah perangkat busana perempuan saat seremonial. Bentuknya secarik kain dengan panjang sekitar lima belas kaki yang dililitkan pada batang tubuh. Wulang menutupi tubuh dari pinggang sampai batas atas payudara. Perlengkapan sandang yang dipakai pada abad ke-13 M itu sedikit berbeda dengan cara berpakaian empat abad sebelumnya. Inda Citraninda Noerhadi dalam Busana Jawa Kuna mengelompokkan jenis pakaian yang dijumpai dalam relief Karmawibhangga di kaki Candi Borobudur. Kebanyakan, khususnya perempuan, digambarkan tak menutupi bagian payudara. Pakaian perempuan paling sederhana hanya selembar kain. Panjangnya sebatas lutut. Cara pakainya diputar di badan dari arah kiri ke kanan dan berakhir di sisi kanan. Kain itu dipakai di bawah pusar. Mereka tak memakai perhiasan atau hanya anting-anting sederhana. Terkadang dilengkapi selendang atau kain kecil di bagian pinggang. Dalam relief itu, perempuan juga digambarkan memakai kain dari sebatas bawah pusar hingga mata kaki atau pergelangan kaki. Mereka biasanya pakai kalung, anting-anting, dan ikat pinggang berupa kain. Hiasan di kepala berupa rambut yang disusun ke atas atau disanggul. Sebagian yang lain, pakaiannya berupa kain panjang yang sama seperti sebelumnya. Namun, dihiasi dengan ikat di bagian pinggul dengan hiasan permata dua susun. Pakaiannya lebih kaya dengan beragam perhiasan, gelang, kalung, anting-anting, kelat bahu, gelang kaki. Dipakai juga semacam tali polos yang diselempangkan dari bahu kiri ke pinggang kanan. Hiasan kepalanya berupa susunan rambut yang diangkat tinggi dan diberi tambahan dengan hiasan permata. Sementara untuk pakaian pria, yang paling sederhana hanya memakai kain serupa cawat atau celana pendek. Ada pula yang memakai kain pendek sampai lutut atau kain panjang hingga mata kaki. Mereka memakai perhiasan seperti gelang, kalung dan anting-anting, ditambah ikat pinggang. Rambutnya disanggul dan diberi hiasan seperti bunga-bunga. Pakaian lengkap biasanya kain panjang dilengkapi ikat pinggang berhiasakan permata. Ikat dada, selempang kasta atau upavita. Perhiasannya ramai, seperti gelang, kalung, anting-anting, kelat bahu, dan gelang kaki. Hiasan kepalanya berupa mahkota yang tinggi berhias permata. Kelas Sosial Berdasarkan gambaran relief itu, Inda melihat masyarakat biasanya tak memakai perhiasan. Mereka yang berkedudukan tinggi secara sosial seperti bangsawan yang mampu memakai beragam perhiasan, seperti mangkota, anting, kelat bahu, kalung, gelang, gelang kaki, dan sebagainya. “Pada masyarakat berstatus rendah pakaian fungsinya menutupi dan melindungi, sedangkan untuk yang berstatus tinggi berfungsi menghias tubuh,” jelas Inda. Beda lagi dengan kaum brahmana. Para pendeta digambarkan berjubah yang bahu kanannya terbuka. Dalam prasasti para pendeta diberi pakaian khusus yang disebut sinhel. Hal yang sama diungkapkan catatan Sejarah Dinasti Liang dari abad ke-6 M. Di Jawa, baik pria maupun wanita tidak ada yang mengenakan penutup dada. Namun, mereka mengenakan sarung katun untuk menutupi bagian bawah tubuh. Rambut mereka dibiarkan tergerai. Sementara kalangan bangsawan dan raja mengenakan kain bergambar bunga yang tipis selendang untuk menutupi bagian atas tubuh. Mereka pun mengenakan ikat pinggang emas dan anting-anting emas. “Gadis-gadis muda menutupi tubuh mereka dengan kain katun dan mengenakan ikat pinggang sulam,” ungkap catatan yang diterjemahkan Groeneveltdt dalam Nusantara dalam Catatan Tionghoa itu. Tak cuma dari cara berpakaian. Jenis kain pun menunjukkan identitas sosial. Supratikno Rahardjo dalam Peradaban Jawa mengungkapkan berdasarkan data prasasti pakaian laki-laki biasanya disebut wdihan. Sedangkan pakaian untuk perempuan disebut kain atau ken. “Saat upacara sima, di awal rangkaian acara pimpinan desa, yang mendapat anugerah sima dari raja, membagikan harta kekayaannya kepada anggota masyarakat yang berasal dari berbagai lapisan sosial, salah satunya pakaian,” jelas Supratikno. Supratikno menyebutkan beberapa jenis kain yang dikenal dalam sumber-sumber Jawa Kuno. Kain yang masuk dalam jenis wdihan adalah ganjar haju patra sisi, ganjar patra sisi, ganjar haji, ganjar patra, jaro haji, jaro, bwat kling putih, bwat pinilai, pinilai, bwat lwitan, kalyaga, pilih angsit, rangga, tapis, siwakidang, bira/wira, jaga, hamawaru, takurang, alapnya, sularikuning, ragi, pangalih, ambay-ambay, lunggar, bwat waitan, cadar, lwir mayang, putih, raja yoga, pamodana, ron paribu, suswan, prana, sulasih, tadahan, dan syami himi-himi. Sementara yang termasuk ken/kain adalah jaro, kalagya, pinilai, bwat wetan, bwat lor, pangkat, bwat ingulu, kalangpakan, atmaraksa. kaki, putih, rangga, dan kalamwetan. Kain-kain itu, menurut Inda, diberikan kepada seseorang sesuai status sosialnya. Dalam Prasasti Rukam 829 saka 907 M disebutkan kain jenis ganjar patra diberikan kepada Rakaryan mapatih i hino, gelar untuk putra sulung raja. Sementara dalam Prasasti Tunahan 794 saka 872 M ganjar patra diberikan kepada Sri Maharaja. Pilih maging dalam Prasasti Sangsang 829 saka juga diberikan kepada Sri Maharaja. Sementara dalam Prasasti Lintakan 841 saka kain yang sama diberikan kepada Rakryan i hino. “Di dalam Prasasti Poh 827 saka wdihan kalyaga diberikan kepada rakryan mapatih i hino, halu, sirikan, wka, sang pamgat tiruan,” jelas Inda. Di dalam Prasasti Mulak 800 saka 878 M disebutkan kain jenis wdihan rangga diberikan kepada makudur. Dalam Prasasti Humanding 797 saka 875 M wdihan angsit diberikan kepada samgat wadihati. Wdihan bira dalam Prasasti Kwak I 801 saka diberikan kepada pejabat halaran, pangkur, tawan, tirip, dan sebagainya. Dalam Prasasti Gandhakuti 1042 M disebutkan penerima hak istimewa diperbolehkan memakai apa saja yang biasa dipakai di dalam nagara. Mereka diperbolehkan memakai pakaian pola ringring bananten yang mungkin artinya kain halus, patarana benanten, kain berwarna emas, pola patah, ajon berpola belalang, berpola kembang, warna kuning, bunga teratai, berpola biji, kain awali, dulang pangdarahan, dodot dengan motif bunga teratai hijau, sadangan warna kunyit, kain nawagraha, dan pasilih galuh. “Contoh dalam kebudayaan Jawa sampai sekarang, red. ternyata terdapat aturan menggunakan pakaian yang berkaitan dengan status sosial,” kata Inda. “Pada penggunaan kain batik, ada motif yang merupakan pantangan.”

foto orang jawa kuno